Tuesday, November 8, 2016

APA YANG KITA PELAJARI TENTANG TEMPERAMEN DARI PENELITIAN KASUS ANAK KEMBAR (TIDAK ADA YANG SALAH DENGAN KEPRIBADIAN KITA APAPUN ITU)

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat tertarik membaca sebuah buku mengenai dua macam temperamen/kepribadian bawaan kita sejak lahir, yaitu Intovert dan Ekstrovert, dimana Martin Olsen Laney sebagi penulis menyebutnya sebagai innies (orang-orang dengan kepribadian introvert) dan outies(orang-orang dengan kepribadian ekstrovert).

The Intovert Advantage (How quite people can thrive in an extrovert world)

Seperti yang kita ketahui bahwa terkadang menjadi seorang introvert sangat tidak menyenangkan, karena kaum innies merupakan minoritas di dunia ini (75% dunia ini berisi orang-orang ekstrovert) dan banyak orang yang bersikap sangat defensif terhadap introversi. Kita hidup di dalam budaya yang memberi kesan negatif terhadap perenungan dan kesendirian, sehingga mereka beranggapan bahwa diri mereka tidak bisa melakukan apapun, dan dunia benar-benar dikuasai oleh orang-orang sukses dengan kepribadian ekstrovert. Namun saya selalu ingat betul sebuah quotes yang mengatakan bahwa "Ketika seorang manusia dapat menerima dirinya apa adanya, itulah titik tertinggi kebahagiaan yang dapat ia capai" (Erasmus). Berdasarkan quotestersebut, saya lebih termotivasi dalam menjalani hidup ini, terutama dalam hal belajar untuk menerima diri saya apapun kondisinya.
Dalam artikel ini, saya ingin sekali berbagi mengenai satu bagian menarik dimana orang-orang innies (orang-orang dengan kepribadian introvert) tidak akan pernah bisa mengubah sifat/temperamen dasar mereka menjadi orang-orang outies (orang-orang dengan kepribadian ekstrovert). Karena sifat bawaan tersebut sudah terprogram di dalam diri kita, dan sangat mustahil untuk benar-benar merubahnya.
Dalam bukunya yang berjudul Entwinned Lives, peneliti pasangan anak kembar yang terkenal, Nancy Segal, Ph.D., menulis tentang penemuannya yang luar biasa saat ia masih menjadi bagian dari University of Minnesota Center for Twin and adoption Research. Beberapa penelitian membandingkan kemiripan kepribadian antara pasangan kembar identik (satu telur) dengan kembar fraternal (beda telur), yang dibesarkan bersama dan terpisah. Ketika 50 pasangan kembar dipertemukan kembali melalui pusat penelitian tersebut, kemiripan kepribadian di antara mereka sangat menakjubkan. Pasangan kembar yang dibesarkan terpisah menunjukkan sekelompok karakteristik spesifik yang sama, terutama pada pasangan kembar identik. Salah satu pasangan kembar dengan semangat membicarakan subjek favorit mereka, yaitu merawat kuda dan anjing. Pasangan kembar yang lain merupakan sukarelawan pemadam kebakaran, dan keduanya dikenal atas ketidaksukaan mereka akan masakan kelas rendah. Pasangan yang lain lagi, meski belum pernah bertemu sebelumnya, mengendarai mobil yang sama, yaitu Chevrolet berwarna biru langit. Ada juga pasangan kembar yang menggunakan pasta gigi langka asal Swedia yang sama. Ketika pusat penelitian itu mempelajari lebih banyak tentang pasangan kembar yang dipertemukan kembali, semakin jelas terlihat bahwa temparemen mereka ternyata lebih mirip daripada yang mereka duga. Dr. segal menulis, "Kami terkejut ketika mempelajari bahwa ternyata Tradisionalisme, pengasahan keluarga tradisional dan nilai-nilai moral, tidak menunjukkan efek-efek keluarga yang sama. Dengan kata lain, tinggal bersama seseorang tidak serta merta berarti mereka mempunyai standar perilaku atau metode asuh yang sama . Penelitian menunjukkan bahwa kembar fraternal yang dibesarkan bersama mempunyai tingkat kemiripan perilaku yang lebih rendah dibandingkan dengan kembar identik yang dibesarkan terpisah. Penelitian tersebut membuktikan apa yang dikatakan Jung baru-baru ini: Kita terlahir dengan temperamen bawaan. Dr. Segal kemudian melanjutkan, "Hal terpenting adalah mengetahui bahwa tinggal bersama tidak membuat pribadi-pribadi dalam satu keluarga tersebut mempunyai kemiripan perilaku, dan bahwa kemiripan tersebut merupakan hasil turunan berdasarkan genetika."
Saya sendiri adalah anak kembar fraternal yang sudah membuktikan sendiri bahwa penelitian yang dilakukan oleh Dr. Segal adalah benar adanya. Saya dan saudara kembar saya 26 tahun dibesarkan bersama dan hampir kami melakukan aktifitas bersama-sama. Namun semakin saya dewasa saya menyadari bahwa kami memiliki kepribadian alami yang berkebalikan. Pada awalnya saya berfikiran bahwa saudara kembar saya jauh memiliki kepribadian yang lebih menyenangkan dan cenderung mudah disukai banyak orang dan terkadang saya berusaha untuk menjadi orang dengan tipe kepribadian seperti itu. Namun apa yang terjadi ? saya justru merasa kelelahan sepanjang waktu, dan setelah saya memahami betul mengenai Introversi, saya sadar bahwa kepribadian yang sudah tersetting dari awal (genetika), akan sulit untuk dilawan dan dirubah 100% menjadi kepribadian yang lainnya. Maka saya menyimpulkan bahwa akan lebih baik untuk memahami betul karakteristik pribadi untuk dapat diimplementasikan, khususnya di dunia pekerjaan yang terdiri dari beragam tipe kepribadian dimana kita dituntut untuk bisa menyesuaikan diri. Karena hal itu lebih baik daripada melawannya. Semakin kita melawan apa yang sudah menjadi kepribadian kita, kecenderungan depresi dan ketidakmampuan untuk mengembangkan potensi diri akan semakin besar.
Marti Olsen Laney dalam bukunya yang berjudul The Introvert Advantage mengatakan bahwa manusia mempunyai banyak sisi. Introversi dan Ekstroversi bukanlah satu-satunya kualitas yang telah dipisahkan menjadi buruk dan baik, dan saya rasa dunia ini memang membutuhkan keberagaman temparamen bukan ?. Beliau juga mengatakan bahwa berdasarkan pengalamannya mendapatkan pengetahuan tentang keuntungan dan kelemahan seorang innies , rasa rendah diri nya mulai berkurang.
Carl Jung berpendapat bahwa introversi dan ekstroversi seperti dua senyawa kimia; jika mereka dicampurkan, masing-masing dapat mengubah yang lainnya. Dia juga melihat hal-hal tersebut sebagai cara yang disediakan oleh alam, agar kita dapat menghargai kualitas-kualitas manusia yang saling melengkapi. Konsep tersebut tentu tidak berlaku untuk semua orang, tetapi setidaknya konsep itu telah terbukti nyata dalam pernikahan Marti Olsen Laney dan juga dalam kehidupan karir saya tentunya.
Jung berpendapat bahwa semua posisi dalam rangkaian introvert/ekstrovert adalah penting dan baik. Meskipun beberapa di antara kita lebih introvert atau lebih ekstrovert, namun semua orang mempunyai satu titik peristirahatan tempat mereka mengisi energi atau mengeluarkan sedikit energi saja. Dengan bertambahnya usia, kebanyakan dari kita bergerak ke tengah rangkaian introvert/ekstrovert. Akan tetapi, kita membutuhkan kekuatan dari setiap jenis temperamen untuk menyeimbangkan dunia ini. Orang yang berada pada kutub introvert akan berkonsentrasi ke dalam dirinya untuk memperoleh energi. Sedangkan, orang yang berada pada kutub ekstrovert akan berkonsentrasi keluar dirinya untuk memperoleh energi. Berada pada kutub mana pun, itu adalah sesuatu yang baik, hanya saja, berbeda.
"Jika kita tidak dapat mengakhiri perbedaan di antara kita, paling tidak kita harus membantu membuat dunia ini menjadi tempat yang aman bagi keragaman." (John f. Kennedy).

The Introvert Advantage (Berkembang dan Berhasil di Dunia Ekstrovert) -Marti Olsen Laney, Psy.D.- Published by Workman Publishing Company, Inc. (2002)
-manda fitria andani-

Friday, October 14, 2016

DO WHAT YOU WANNA DO , YOLO ! ^.^: CALORIES CAFE & RESTO MALANG

DO WHAT YOU WANNA DO , YOLO ! ^.^: CALORIES CAFE & RESTO MALANG: Bukan cuma di Bandung kita bisa merasakan nongkrong di cafe dengan budget minim, namun tetap mendapatkan kualitas makanan dan minuman yan...

CALORIES CAFE & RESTO MALANG


Bukan cuma di Bandung kita bisa merasakan nongkrong di cafe dengan budget minim, namun tetap mendapatkan kualitas makanan dan minuman yang oke. Kenapa saya membandingkannya dengan kota Bandung ? Karna saya 26 tahun tinggal di Bandung =) .
Kemarin saya mencoba makan malam di salah satu cafe di daerah Soekarno-Hatta Malang, namanya Calories cafe. Lumayan sih tempatnya memang tidak besar dan temanya kayu, karna kalo dilihat secara keseluruhan nampaknya memang building materialnya pake kayu (apa siihhh ^_^). Dari sumber lain yang saya baca, pemilik cafe ini adalah mahasiswa loh.
Pengunjung yang datang rata-rata adalah anak muda, baik yang lagi pacaran ataupun lagi kumpul sama temen-temen geng nya. Dan surprisingly, ternyata makanan dan minuman yang mereka jual harganya pas di kantong mahasiswa. Saya sertakan juga foto menu nya, maaf kalo kurang jelas ya.


Pilihan menu nya memang tidak terlalu banyak dan nampaknya jika dilihat dari keseluruhan menu yang mereka jual, Calories cafe lebih mengangkat west food sebagai menu andalan mereka. Namun dari segi rasa mereka tetap menjual indonesian taste. Menu yang yang saya coba adalah baked pasta kari rendang sauce, dan menjadi salah satu menu andalan mereka.


Saya memilih spagetti sebagai pasta nya, karena mereka menyediakan dua jenis pilihan pasta yaitu fussili dan spagetti. Platingnya menurut saya lumayan oke, tidak kalah dengan resto-resto mahal yang ada di Bandung (serius loh!). Dari segi rasa juga tidak kalah enak. Mereka menyajikan menu tersebut dengan keju mozarella dan potongan ayam fillet (dikasih tepung). Sebenarnya saya tidak terlalu yakin apakah ayamnya menggunakan tepung atau tidak, tapi dari yang saya rasakan sih sepertinya memang menggunakan tepung, namun rasanya tetap enak. Dari segi rasa secara keseluruhan saya berikan nilai 4 dari 5 ^.^, karna memang rasanya cukup lezat sebanding dengan harganya. Sayangnya bagi yang tidak suka pedas (seperti saya), menu ini kurang cocok karna pedasnya lumayan mengganggu. Tapi tetap tidak mengurangi rasa lezatnya. Dan satu lagi, untuk porsinya pas!

Menu lain yang saya pesan adalah chicken rise kungpao. Sebenarnya bukan saya, tapi suami saya yang pesan. Saya coba sedikit potongan ayamnya, dan rasanya enaaaaakkk juga.


Saya sih tidak bisa terlalu banyak berkomentar soal menu yang satu ini, namun menurut suami saya sih it is very worth it dengan harganya yang sangat ramah dan sesuai dengan porsinya. 



Dan untuk menu dessertnya, saya sengaja mencoba menu favoritnya, marshmellow toast chocolate. Sebenarnya, rasa greentea lah yang paling diminati, namun sayangnya saya ngga kebagian alias sold out pada saat itu. Tapi ya ngga apa-apa lah karna penasaran saya coba yang rasa coklatnya saja ^.^
Penyajiannya simple sebenarnya, namun cukup kreatif. Roti tawar yang sudah diberi coklat tengahnya, dipanggang dengan marshmellow diatasnya. Kemudian disajikan dengan ice cream vanilla dan buah strawberry untuk mempercantik tampilannya. 
Rasanya sih saya tidak terlalu suka-suka amat. Tapi lumayan enak untuk disajikan sebagai makanan penutup. 
Sedangkan untuk minumannya, green tea frappe sih kalo tidak salah yang menjadi menu andalan mereka. Tapi lagi-lagi apapun yang berbau green tea sudah habis saat itu ihihii. Maka jadilah saya dan suami saya hanya memesan jasmine tea dan lychee tea. 

Secara keseluruhan saya sangat merekomendasikan tempat ini bagi yang sedang main ke Malang. Selain harganya yang murah meriah, lokasinya yang sangat dekat dengan pusat keramaian, pelayanannya yang excellent service banget (mbak-mbak nya juga cantik loh =D) juga salah satu tempat hits di kota apel ini. 
Bagi teman-teman yang mau melihat menu lainnya, bisa lihat di instagram mereka @calories.mlg
foto menunya lebih banyak dan lengkap dari yang saya ambil, karna saya hanya ambil foto yang saya pesan aja (ya iyalah masa pesanan orang mau di foto juga =P)

Sekian cerita dan opini saya tentang Calories cafe ini. Semua yang saya ceritakan 100% hanya pendapat berdasarkan pengalaman yang saya rasakan. Nanti saya coba posting referensi lainnya untuk bisa membandingkan dengan cafe ini tentunya.